Batik Muning Cerme: Karya Istimewa dari Siswa Disabilitas SLBN Taruna Mandiri

Pendidikan, Sosial232 views

KUNINGAN ONLINE – Masih banyak masyarakat yang keliru memandang penyandang disabilitas intelektual, terutama tunagrahita dan tunarungu, sebagai individu yang tak mampu berkarya.

Namun, di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Taruna Mandiri Kuningan, pandangan itu justru dilawan dengan bukti: batik indah hasil karya tangan siswa-siswa istimewa, bernama Batik Muning Cerme.

Iklan

Batik ini bukan sekadar kain bermotif. Ia adalah lambang harapan, identitas, dan ketekunan. Diciptakan sepenuhnya oleh peserta didik SLBN Taruna Mandiri, Batik Muning Cerme lahir dari program pelatihan membatik yang dimulai sejak 2024 dan kini terus berkembang di 2025.

“Kadang orang berpikir anak tunagrahita tidak bisa apa-apa. Tapi ketika diberi ruang dan pelatihan, mereka bisa menghasilkan karya luar biasa,” ujar Kepala SLBN Taruna Mandiri, Kokoy Kurnaeti kepada Kuninganonline.com, Jumat (16/5/2025).

Iklan

Program ini merupakan hasil kolaborasi sekolah dengan pelaku usaha lokal, seperti Batik Nisa di Kuningan, serta dukungan pengrajin batik dari Trusmi, Cirebon. Workshop awal diberikan langsung oleh pengrajin Trusmi di sekolah, sebelum siswa terpilih menjalani pelatihan intensif di Batik Nisa.

Pelatihan membatik ditujukan bagi siswa SMP kelas 7 setelah melalui asesmen minat dan bakat. Tahap awal meliputi sosialisasi dan pengenalan lingkungan kerja, hingga siswa memahami dasar-dasar membatik menggunakan teknik mencanting. Proses ini dilakukan hampir setiap hari selama beberapa minggu.

“Untuk sementara, kegiatan masih berfokus pada batik tulis di sekolah. Produknya baru dijual terbatas, tapi ke depan kami akan kembangkan ke pasar batik premium,” kata Kokoy. Ia juga menyebut pihaknya sedang mengupayakan hak kekayaan intelektual (HAKI) bagi karya siswa melalui program dari PKPLK.

Menariknya, Batik Muning Cerme bukan sekadar hasil latihan. Ia sarat makna. Nama “Muning Cerme” merupakan akronim dari bunga kemuning dan Gunung Ciremai, dua unsur khas Kabupaten Kuningan. Motifnya kaya filosofi:

Bunga Kemuning: simbol awal baru, harapan, dan masa depan cerah.

Gunung Ciremai: representasi keindahan dan kekuatan alam Kuningan.

Ikan Dewa: ikon wisata air dan kearifan lokal.

Warna khas: perpaduan hijau, peach, dan putih—melambangkan alam, cinta pada daerah, serta kemurnian niat.

Tak berhenti di batik, karya ini juga masuk dalam program bengkel tata busana khusus siswa tunarungu, yang berarti batik tersebut juga mulai dikreasikan menjadi busana siap pakai.

“Dengan pendampingan tepat, membatik tak hanya jadi terapi keterampilan, tapi juga peluang usaha nyata bagi mereka,” pungkas Kokoy.

Batik Muning Cerme adalah bukti bahwa keterbatasan tak menghalangi lahirnya karya. Di tangan para siswa SLBN Taruna Mandiri, selembar kain tak hanya menjadi batik—tapi juga suara, harapan, dan masa depan. (OM)