Uniku Berdayakan Ibu Tunggal Gandasoli, Ubah Ubi Jalar Jadi Produk Bernilai Ekonomi

KUNINGAN ONLINE – Ubi jalar yang selama ini hanya jadi pakan ternak kini disulap menjadi produk bernilai jual. Melalui Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai DPPM Kemdiktisaintek RI, dosen Universitas Kuningan (Uniku) berhasil memberdayakan puluhan ibu tunggal di Desa Gandasoli, Kecamatan Kramatmulya.

Program bertajuk “Pemberdayaan Ibu Tunggal dalam Rangka Meningkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian melalui Ekonomi Sirkular” ini dipimpin Nurul Siti Jahidah, M.E bersama tim dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uniku, yakni Oktaviani Rita Puspasari, M.Si., Ak., CA., dan Neng Evi Kartika, MM.

Iklan

“Komunitas Srikandi Gandasoli dipilih sebagai mitra karena termasuk kelompok rentan secara ekonomi, tetapi memiliki potensi besar mengembangkan usaha berbasis pertanian. Desa Gandasoli sendiri menyumbang 5.999 ton ubi jalar per tahun, menempati urutan keempat di Kabupaten Kuningan,” kata Nurul, Kamis (18/9/2025).

Program PKM diawali Focus Group Discussion (FGD) pada 4 Agustus 2025, dilanjutkan serangkaian pelatihan. Pada 14 Agustus 2025, para ibu tunggal diajarkan mengolah ubi jalar menjadi kremesan dan mustofa ubi, kemudian mendapat pelatihan manajemen keuangan pada 4 September 2025, dan pemasaran digital pada 11 September 2025.

Iklan

Materi pelatihan mencakup strategi promosi melalui media sosial dan marketplace, pengemasan menarik, hingga pendampingan pembuatan NIB dan PIRT agar produk memiliki legalitas usaha.

Sebagai dukungan nyata, tim PKM menyerahkan alat produksi seperti mesin pengiris ubi, spinner peniris minyak, sealer, wajan kapasitas besar, kompor gas, serta bahan baku agar peserta dapat langsung praktik produksi.

Nurul berharap program ini menjadi contoh sukses penerapan ekonomi sirkular berbasis pertanian.

“Dengan sedikit dukungan dan pelatihan, ibu-ibu Srikandi Gandasoli mampu mengubah ubi jalar yang sebelumnya terbuang menjadi produk bernilai jual dan membuka jalan menuju kemandirian ekonomi,” ujarnya.

Salah satu peserta, Mimi Maryami (51), mengaku sangat terbantu.

“Sekarang saya tahu kalau ubi bisa diolah jadi makanan enak dan dijual. Ditambah alat yang diberikan, produksi jadi lebih cepat. Saya lebih semangat karena ada peluang menambah penghasilan,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Lilis (45) yang mengaku kini lebih percaya diri.

“Kami tidak hanya diajarkan membuat produk, tetapi juga cara mengelola uang usaha dan menjual lewat HP. Produk kami jadi terlihat profesional dan bisa bersaing,” katanya. (OM)