KUNINGAN ONLINE – Pilkada Kuningan tahun 2024 mencatatkan fakta menarik yang patut menjadi perhatian, pemilih perempuan menjadi kekuatan utama dalam proses demokrasi ini.
Data hasil rekapitulasi dari 32 kecamatan di Kabupaten Kuningan menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya mendominasi daftar pemilih tetap (DPT), tetapi juga memiliki tingkat partisipasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan pemilih laki-laki.
Mantan Ketua KPU Kuningan, Asep Z. Fauzi, mengungkapkan bahwa dari total 441.958 pemilih perempuan yang masuk DPT, sebanyak 330.529 atau 74,78% menggunakan hak pilihnya. Sebaliknya, dari 450.002 pemilih laki-laki, hanya 253.404 atau 56,71% yang hadir ke tempat pemungutan suara (TPS).
“Selisih signifikan sebanyak 77.125 pemilih ini menggarisbawahi betapa besarnya peran perempuan dalam Pilkada Kuningan tahun ini,” ungkapnya, Selasa (3/12/2024).
Menurutnya, Dominasi pemilih perempuan sebenarnya sudah bisa diprediksi sejak masa kampanye. Setiap pertemuan tatap muka dan pertemuan terbatas selalu dipenuhi peserta perempuan.
“Kehadiran Tuti Andriani, satu-satunya kontestan perempuan yang mendampingi Bupati terpilih Dian Rachmat Yanuar, juga menjadi magnet tersendiri. The power of emak-emak sudah menunjukkan tajinya,” tutur Asep.
Fakta ini, lanjutnya, membuktikan bahwa perempuan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor utama yang melegitimasi nilai elektoral di Pilkada Kuningan.
Secara keseluruhan, Asfa menjelaskan tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Kuningan tahun ini berada di kisaran 65%. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan Pilkada 2018 yang mencapai 71,40%, tetapi masih lebih baik dibandingkan Pilkada 2013 (64,09%) dan 2008 (63,04%).
“Ada banyak faktor yang memengaruhi angka partisipasi ini. Salah satu faktor penting adalah jadwal pencoblosan yang jatuh di akhir bulan, saat banyak laki-laki Kuningan yang merantau sulit pulang ke kampung halaman karena alasan ekonomis,” jelasnya.
“Mereka mau tidak mau harus berhitung ekonomis, sebab untuk bisa mudik di akhir bulan itu memang berat,” tambahnya.
Asep juga menyoroti peran KPU dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Menurutnya, KPU perlu lebih fokus pada sosialisasi dan pendidikan politik yang substantif.
Selain itu, Asep menyarankan agar jadwal pencoblosan di masa mendatang dipertimbangkan ulang.
“Hari H pencoblosan itu jangan di akhir bulan, di awal bulan saja supaya perantau di luar kota punya bekal untuk pulang,” tegasnya. (OM)