KUNINGAN ONLINE – Terhitung dari Maret 2020 Pemerintah Indonesia menetapkan pembelajaran daring untuk mencegah penyebaran virus corona. Banyak sisi positif dan negatifnya, salah satu sisi negatifnya, yaitu pembelajaran daring menjauhkan anak dari keluarga karena anak hanya fokus dengan gadgetnya.
“Betul tidak ada sisi pembentukan karakter malah lebih menjauh dari sisi keluarga. Anak-anak pun lebih menjauh, mereka lebih condong menjadi generasi nunduk,” tutur Sri Laelasari Anggota DPRD Kabupaten Kuningan, asal Dapil I meliputi Kecamatan (Kuningan, Cigugur, Garawangi, Sindangagung, Ciniru, dan Hantara), Selasa (26/1/2021).
Dirinya mengkhawatirkan, ketika anak terlalu lama melakukan pembelajaran daring, anak tidak dapat mengenal lingkungan sekolah, apalagi sekolah bukan hanya tempat untuk belajar. Tetapi juga tempat untuk bersosialisaai dengan teman dan sahabat.
“Oleh karena itu, pembelajaran daring seolah-olah menjauhkan dari sisi kemanusiaan yakni jiwa sosial,” ujar Sri dari Fraksi Gerindra Bintang.
Sering kali, ketika Turun ke masyarakat. Sri menerima keluhan dari orang tua murid tentang kapan sekolah akan di buka kembali.
Untuk itu pihaknya akan mengajak rekan-rekannya di DPRD. Khususnya di komisi 4 yang menangani pendidikan untuk meminta ketegasan kepada pemerintah pusat terkait pembalajaran daring ini.
“Di sisi lain, negatifnya pembelajaran daring adalah tidak terkontrolnya anak-anak dalam memainkan gadgetnya, karena terkadang ada situs-situs yang berbahaya justru muncul ketika anak memainkan gadget atau bahkan lebih asik bermain game,” pungkasnya. (OM/Ida)