KUNINGAN ONLINE – Profesi pemadam kebakaran, atau lebih dikenal dengan “fireman” di luar negeri, sering kali menjadi idaman banyak anak-anak. Di berbagai negara, sosok petugas damkar dilihat sebagai pahlawan sejati—berani, penuh dedikasi, dan selalu siap siaga di garis depan dalam situasi darurat.
Tak heran, banyak anak-anak di luar negeri bercita-cita menjadi seorang petugas pemadam kebakaran. Namun di Indonesia, semangat dan keinginan untuk menjadi petugas damkar justru tampak sedikit berkurang.
Mungkin salah satunya karena minimnya eksposur positif terhadap profesi ini, dan belum adanya sosialisasi yang kuat mengenai betapa penting dan mulianya peran ini dalam masyarakat.
Bapak Yandi Herdiyandi, Komandan Regu (Danru) kelompok 2 petugas pemadam kebakaran Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berbagi cerita dan pengalamannya tentang realita di balik profesi ini.
Dalam wawancara yang penuh makna, ia mengungkapkan betapa luas dan pentingnya peran petugas damkar yang sering kali terabaikan. Tidak hanya bertugas untuk memadamkan api, kini petugas damkar juga harus siap melakukan berbagai penyelamatan, mulai dari mengevakuasi hewan buas, mengatasi sarang tawon, hingga membantu warga dalam situasi genting lainnya, seperti membuka cincin yang tersangkut di jari.
Pak Yandi menuturkan bahwa pekerjaan sebagai petugas damkar sekarang telah berkembang pesat seiring waktu.
“Dulu, tugas kami hanya berfokus pada pemadaman kebakaran. Tapi sekarang, peran kami juga melibatkan berbagai penyelamatan, termasuk menangani binatang berbahaya atau membantu warga yang mengalami kecelakaan kecil di rumah,” jelasnya.
Meski tidak ada dalam kontrak awal, tanggung jawab tambahan ini hadir karena tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Hal ini memperlihatkan bahwa pekerjaan petugas damkar lebih kompleks dari yang terlihat, membutuhkan keahlian dan kesiapan yang jauh melampaui sekadar memadamkan api.
Menjadi petugas damkar tentu bukan pekerjaan mudah. Setiap hari, mereka harus siap berhadapan dengan risiko tinggi, bahkan bertaruh nyawa demi menyelamatkan orang lain.
Menurut Pak Yandi, setiap laporan yang masuk harus segera direspon dengan kecepatan dan kesiapan yang tinggi.
“Kami tidak punya waktu untuk menunggu atau menunda. Begitu ada laporan, kami langsung bergerak,” kata Yandi.
Dalam tugas sehari-hari, setiap anggota tim memiliki peran yang jelas, mulai dari pengoperasian mesin air hingga koordinasi jalur air ke lokasi kebakaran. Kecepatan menjadi kunci utama, namun ketelitian dan kemampuan untuk tetap tenang juga sangat penting.
“Kuncinya adalah jangan panik. Ketika kita sudah tahu langkahnya, ketenangan adalah senjata utama,” tambahnya.
Meskipun terlihat heroik, pekerjaan ini tentu tidak luput dari tantangan. Sering kali, jarak lokasi kebakaran yang jauh membuat masyarakat salah paham dan menilai petugas damkar lambat dalam merespon. Padahal, tim selalu berusaha tiba secepat mungkin, bahkan saat menghadapi keterbatasan seperti akses jalan yang sulit atau ketersediaan air yang minim di lokasi. Tantangan ini, bagaimanapun, tak pernah menyurutkan semangat petugas.
“Kami sudah terbiasa dengan kritik, yang penting kami tetap menjalankan tugas kami dengan profesional,” ungkap Yandi.
Menariknya, petugas damkar juga sering kali terlibat dalam berbagai momen haru ketika berhasil menyelamatkan nyawa orang lain. Pak Yandi menyebutkan, kepuasan terbesar dalam profesinya adalah ketika melihat seseorang yang berhasil selamat dari bahaya.
“Yang kami selamatkan bukan hanya harta benda, tapi nyawa. Itu yang membuat kami terus maju meski menghadapi bahaya,” tuturnya.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa minimnya apresiasi terhadap profesi ini di Indonesia membuat profesi pemadam kebakaran kurang diminati. Berbeda dengan negara-negara lain, di mana menjadi petugas damkar dianggap prestisius, di Indonesia anak-anak kurang terdorong untuk bercita-cita menjadi petugas damkar.
Untuk mengubah persepsi ini, petugas damkar Kuningan bahkan sering mengadakan kunjungan edukatif bagi anak-anak PAUD dan TK. Dalam kunjungan tersebut, anak-anak diperkenalkan dengan berbagai peralatan pemadam kebakaran, praktik cara memadamkan api, dan pentingnya menjaga keselamatan.
“Kami ingin anak-anak mencintai profesi ini, karena pada akhirnya, mereka adalah calon-calon penerus kami di masa depan,” kata Pak Yandi dengan penuh harapan.
Ke depannya, Yandi berharap ada dukungan lebih dari pemerintah dan masyarakat. Untuk penambahan pos di setiap wilayah strategis sangat diperlukan agar petugas bisa merespon lebih cepat. Selain itu, peningkatan kesejahteraan dan pelatihan keterampilan juga menjadi salah satu harapan utama para petugas damkar.
“Kami ingin profesi ini diakui dan didukung lebih baik, karena keselamatan masyarakat adalah tanggung jawab yang besar,” pungkasnya.
Meskipun profesi ini tidak selalu mendapat sorotan yang layak, komitmen petugas damkar untuk melindungi dan menyelamatkan tidak pernah pudar. Dengan slogan “Pantang pulang sebelum padam, walaupun nyawa taruhannya!”, para petugas damkar tetap berdiri teguh di garis depan, menjalankan tugas mereka tanpa pamrih.
Tentang Penulis:
Nama Penulis: Nadhia Rachma Jinan
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Kuningan, Semester 3
Latar Belakang: Nadhia memiliki minat yang besar dalam isu-isu pendidikan dan sosial. Sebagai mahasiswa PGSD, ia berusaha untuk mendalami berbagai peran penting dalam masyarakat, salah satunya adalah petugas pemadam kebakaran yang sering kali tidak mendapat sorotan yang layak.
Melalui artikel ini, Nadhia ingin menginspirasi masyarakat, terutama anak-anak, untuk lebih menghargai profesi yang penuh risiko namun sangat mulia ini.
Kontak: rachmajinan@gmail.com
Dokumentasi