Diskusi Publik Waroeng Rakyat “Kuningan Lestari”: Kolaborasi untuk Lingkungan yang Berkelanjutan

Sosial248 views

KUNINGAN ONLINE – Isu lingkungan kembali menjadi sorotan dalam diskusi publik bertajuk “Kuningan Lestari: Asli atau Mimpi” yang digelar oleh Waroeng Rakyat di Saung Kopi Hawu, Sabtu (1/11/2025). Acara ini menghadirkan perwakilan pemerintah daerah, akademisi, dan aktivis lingkungan yang membahas berbagai tantangan serta solusi menuju Kuningan yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.

Hadir sebagai narasumber Kepala Bidang Tata Kelola Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kuningan, Agus Susanto yang mewakili Kepala DLH Ir. Usep Sumirat; Aktivis Lingkungan Frederick Amalo; serta Wina Waniatri, dosen Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan (FHut Uniku). Diskusi juga dihadiri pemerhati lingkungan Deden Awaludin (Delon) serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Kuningan.

Iklan

Dalam paparannya, Agus menyampaikan bahwa persoalan sampah masih menjadi pekerjaan besar yang perlu penanganan bersama.

“Kami terus berupaya menangani persoalan sampah dan berkolaborasi dengan pemerintah desa agar sebagian dana desa bisa dialokasikan untuk pengelolaan sampah. Saat ini program seperti TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) telah dijalankan untuk meminimalisasi sampah dari hulu,” ujarnya.

Iklan

Agus berharap setiap desa dapat memiliki sistem pengolahan sampah mandiri agar beban pengelolaan di tingkat hilir bisa berkurang.

Sementara itu, Wina Waniatri menyoroti pentingnya edukasi masyarakat sebagai kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan.

“Yang paling utama adalah pemilahan sampah. Jangan sampai sampah organik dan anorganik dicampur, karena sampah organik yang menumpuk di TPA bisa menghasilkan gas metana (CH₄) yang berkontribusi pada pemanasan global,” jelasnya.

Menurutnya, pengelolaan sampah bukan sekadar isu lokal, melainkan bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang harus diupayakan bersama.

“Sampah anorganik bisa bernilai ekonomi, sedangkan organik bisa dijadikan kompos atau biopori. Bahkan minyak jelantah pun dapat dimanfaatkan kembali menjadi aroma terapi,” tambah Wina.

Ia menekankan bahwa perubahan perilaku masyarakat menuju gaya hidup berkelanjutan menjadi hal yang paling penting.

“Kalau bisa, kita tidak hanya mengelola sampah, tapi juga mulai belajar untuk tidak menghasilkan sampah baru,” tegasnya.

Aktivis lingkungan Frederick Amalo menambahkan, Kuningan memiliki tanggung jawab besar menjaga ekosistem Gunung Ciremai yang menjadi jantung kabupaten.

“Kuningan terbagi dua wilayah utama yang harus dijaga kelestariannya, terutama kawasan Gunung Ciremai dan sekitarnya yang menjadi sumber kehidupan,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan Waroeng Rakyat, Deden Awaludin (Delon), menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen komunitas dalam membangun kesadaran publik terhadap isu-isu lingkungan.

“Kami ingin Waroeng Rakyat menjadi ruang dialog terbuka antara masyarakat, pemerintah, dan akademisi. Lingkungan hidup bukan urusan satu pihak, tapi tanggung jawab kolektif. Kalau tidak dimulai dari sekarang, maka mimpi ‘Kuningan Lestari’ hanya akan tinggal wacana,” kata Delon.

Diskusi yang berlangsung santai namun penuh makna ini menjadi refleksi bersama tentang bagaimana mewujudkan cita-cita “Kuningan Lestari”. Para peserta sepakat bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar slogan, melainkan komitmen bersama antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat. (Coy)