Dari SLB untuk Negeri: Cerita Ketulusan dan Karya dari Taruna Mandiri Kuningan

Pendidikan, Sosial754 views

KUNINGAN ONLINE – Di sebuah sudut Kabupaten Kuningan, berdiri sekolah yang tak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga harapan. SLBN Taruna Mandiri, nama itu mungkin tak setenar sekolah unggulan lainnya.

Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan semangat luar biasa dari para siswa dan guru yang setiap hari membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya.

Iklan

Kamis (19/6/2025), sekolah ini kedatangan tamu istimewa: Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Fajar Riza Ul Haq, M.A. Bagi sebagian orang, kunjungan seorang pejabat kementerian mungkin hal biasa. Tapi bagi Kepala SLBN Taruna Mandiri, Kokoy Kurnaeti, momen ini begitu membekas.

“Bagi kami, ini sebuah kehormatan yang luar biasa. Jarang sekali sekolah luar biasa dikunjungi pejabat tinggi. Tapi beliau datang dengan hati,” ucap Kokoy dengan mata berbinar, mengenang hangatnya suasana dialog pendidikan bertema “Dari SLB untuk Negeri: Vokasi Berdaya, Wujudkan Masa Depan Penuh Karya.”

Iklan

Iklan

Yang membuat momen itu lebih bermakna adalah saat para siswa mempersembahkan hasil karya mereka: sehelai kain batik, dengan corak yang digambar dan dicanting sendiri oleh tangan-tangan mungil para tunarungu. Karya yang sederhana namun penuh makna—mereka tak hanya belajar, tapi mencipta. Bahkan, desain batik itu terinspirasi dari rujukan sekolah vokasi inklusif di Jepang.

SLBN Taruna Mandiri memang tidak sekadar mengajar. Sekolah ini menanamkan keterampilan hidup. Sejak duduk di bangku kelas 7, para siswa diarahkan untuk mengenali potensi diri. Ada yang dilatih merangkai bunga, menjahit, membuat kerajinan tangan, bahkan diajarkan keterampilan perhotelan.

Kokoy bercerita, salah satu guru mereka bukan lulusan perhotelan, tapi dengan semangat belajar dan kolaborasi, kini mereka punya bengkel praktik hospitality sendiri.

Kerja sama pun dijalin dengan berbagai pihak, termasuk hotel-hotel seperti Grage Sangkanurip, dan Pepabri. Para siswa diberi kesempatan magang, belajar langsung dari dunia kerja. Bahkan, mereka yang lulus tak dibiarkan sendiri.

Sekolah ini memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) untuk menghubungkan para lulusan dengan dunia industri. Beberapa alumni bahkan kini bekerja di pabrik sepatu di Brebes.

Tidak berhenti sampai di sana, sekolah ini juga menjadi pionir dalam inovasi alat bantu pendidikan. Dua alat bantu karya mereka—untuk siswa tunarungu dan tunagrahita—telah memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kemendikbud. Prosesnya panjang, dua tahun penuh riset dan uji coba, hingga akhirnya resmi diluncurkan pada tahun 2025.

Di balik semua capaian ini, Kokoy menyimpan satu harapan besar.

“Tolong, jangan lagi pandang anak berkebutuhan khusus dengan sebelah mata. Mereka juga punya hak yang sama untuk bekerja, berkarya, dan hidup mandiri. Kami di sini hanya ingin memberi jalan, selebihnya, biarlah mereka membuktikan sendiri,” ungkapnya penuh harapan.

SLBN Taruna Mandiri mungkin tak pernah tampil di halaman utama buku pelajaran. Tapi kisah mereka hari itu, dan setiap hari, adalah pelajaran sejati tentang cinta, ketulusan, dan keyakinan bahwa setiap anak, tanpa kecuali, berhak meraih masa depan yang penuh karya. (OM)