Upacara dan Pawai HUT RI ke-80 Desa Sagaranten Berlangsung Khidmat dan Haru

Pendidikan, Sosial1,521 views

KUNINGAN ONLINE – Desa Sagaranten, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, kembali menjadi pusat perhatian dengan penyelenggaraan upacara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80 yang berlangsung penuh khidmat.

Sejak pagi hari, masyarakat dari berbagai dusun berdatangan ke lapangan desa untuk mengikuti dan menyaksikan jalannya upacara. Suasana tampak khusyuk dan penuh haru, karena momentum ini menjadi momen kebersamaan sekaligus penghormatan terhadap jasa para pahlawan bangsa.

Iklan

Upacara dimulai dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) desa. Dengan langkah tegas, tegap, dan penuh keberanian, mereka membawa suasana upacara menjadi sangat sakral.

Salah satu pengibar bendera, Eva Fatonah, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung, memberikan kejutan tersendiri kepada masyarakat. Penampilannya yang penuh keyakinan membuat banyak orang terpana.

Iklan

Eva tidak sendirian. Bersamanya, Muhammad Iqbal dan Farhan Ilham Prayoga ikut mengibarkan bendera dengan kekompakan luar biasa. Ketiganya menjadi simbol semangat generasi muda yang terus menjaga api perjuangan bangsa.

Momen itu semakin indah ketika sang pembawa baki, Siska Oktaviani, melangkah dengan anggun. Siska yang juga mahasiswa UIN Ciber Sunan Gunung Djati Cirebon, sukses memukau masyarakat dengan paras cantik dan wibawanya.

Setiap gerakan Siska saat membawa baki bendera diperhatikan dengan seksama oleh masyarakat. Banyak yang tidak menyangka bahwa desa mereka bisa menghadirkan generasi muda dengan kualitas dan penampilan yang begitu membanggakan.

Bendera Merah Putih akhirnya berkibar gagah di angkasa. Semua peserta upacara berdiri tegak memberi penghormatan, sementara lagu kebangsaan “Indonesia Raya” berkumandang dengan lantang.

Hening yang menyelimuti lapangan desa saat bendera dikibarkan membuat banyak orang meneteskan air mata. Sebuah simbol bahwa kemerdekaan bukan sekadar perayaan, tetapi hasil dari perjuangan panjang yang penuh pengorbanan.

Kepala Desa Sagaranten dan Babinsa yang hadir tampak terharu menyaksikan prosesi ini. Mereka memberi apresiasi penuh kepada para pemuda yang telah sukses menjalankan tugasnya dengan sempurna.

Setelah upacara selesai, suasana desa tidak berhenti sampai di situ. Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) yang dipimpin oleh Kasi Pelayanan Desa Sagaranten dan di gelar Oleh Samsi Nugraha melanjutkan acara dengan menggelar pawai alegoris.

Pawai ini diikuti oleh seluruh RT di Desa Sagaranten. Masing-masing RT menampilkan kreasi terbaik mereka untuk memaknai kemerdekaan dengan cara yang unik dan penuh penghayatan.

Di antara semua penampilan, RT 02 Dusun Sagara berhasil mencuri perhatian masyarakat. Mereka menampilkan sebuah drama perjuangan yang membuat penonton terhanyut dalam suasana pilu.

Drama itu menceritakan tentang seorang jenderal yang gugur tertembak di medan perang. Saat tubuh sang jenderal rebah, sang anak menangis meraung-raung, sementara istrinya larut dalam kesedihan mendalam.

Akting yang diperankan dengan sepenuh hati itu membuat suasana lapangan menjadi hening. Banyak masyarakat yang tidak kuasa menahan air mata, larut dalam kesedihan yang ditampilkan.

Untuk memperkuat suasana, penampilan RT 02 diiringi musik yang digarap oleh seorang editor musik yang akrab disapa Aci. Karyanya terbukti mampu menggugah perasaan semua orang.

Aci memadukan alunan suling, musik iman jimbot, suara tembakan, dan instrumen lainnya dengan begitu harmonis. Perpaduan itu menghasilkan suasana yang dramatis sekaligus menyayat hati.

Sebagai penutup, Aci menyajikan lagu “Gugur Bunga” yang menambah dalam suasana haru. Lagu tersebut menjadi simbol penghormatan terakhir kepada pahlawan yang telah berkorban demi bangsa.

Masyarakat yang hadir banyak yang meneteskan air mata, teringat akan pengorbanan para pejuang di masa lalu. Bahkan, sebagian besar penonton ikut terdiam sejenak setelah penampilan usai.

Kepala Desa Sagaranten dan Babinsa pun tidak bisa menyembunyikan perasaan mereka. Air mata menetes sebagai wujud empati dan penghormatan kepada nilai perjuangan yang divisualisasikan oleh RT 02.

“Pawai alegoris ini bukan hanya ajang hiburan. pawai tersebut dibuat untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya mengenang sejarah kemerdekaan.

Samsi berharap masyarakat tidak hanya merayakan HUT RI sebagai perayaan seremonial, tetapi juga merenungkan perjuangan yang pernah terjadi di masa lalu.

“Tujuan utama pawai ini adalah agar masyarakat sadar akan arti kemerdekaan, sadar akan perjuangan, dan selalu mengenang detik-detik proklamasi,” ujar Samsi dengan penuh semangat.

Pawai ini juga menjadi wadah untuk mempererat persatuan antarwarga desa. Setiap RT berusaha menampilkan kreativitas mereka, sehingga terjalin kekompakan dan kebersamaan.

Masyarakat merasa bangga karena kegiatan HUT RI di Desa Sagaranten tahun ini berjalan lebih khidmat dan berkesan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Banyak warga berharap agar acara serupa terus dilestarikan, sehingga generasi muda dapat belajar langsung tentang arti penting kemerdekaan.

Upacara dan pawai alegoris tahun ini menjadi momentum penting bagi Desa Sagaranten. Sebuah bukti bahwa semangat nasionalisme tetap hidup di hati masyarakat pedesaan.

Dengan khidmat, haru, dan kebersamaan, Desa Sagaranten berhasil menggelar peringatan HUT RI ke-80 yang akan dikenang sepanjang masa. (OM)