KUNINGAN ONLINE – Komite Ekonomi Kreatif Kabupaten Kuningan mencetak sejarah baru melalui acara Ngopi Kreatif ‘No Boundaries’, yang berhasil menjadi platform inspiratif bagi para pelaku ekonomi kreatif (ekraf).
Kegiatan tersebut, diselenggarakan dengan dukungan penuh dari Sangkanika Edugarden, acara ini mengupas isu-isu penting dalam pengembangan ekraf dan mendorong semangat kolaborasi lintas sektor.
Acara ini menghadirkan empat narasumber kompeten yakni Ajay Ahdyat – Perupa, dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Kuningan.
Endang Komara (Eko) – Ketua Komite Ekraf, konsultan IT, fotografer, dan filmmaker. Ageng Sutrisno – Founder Jalan Bareng, fokus pada konten kreatif dan promosi potensi daerah. Terakhir,
AR Affandi – Filmmaker, founder Roemah Film Affandi, dikenal atas karya berbasis seni budaya lokal.
Dipandu moderator Asri Nuraini Octaviana, diskusi berjalan interaktif dan menggugah antusiasme peserta dari berbagai komunitas ekraf.
Beberapa poin utama yang disoroti dalam diskusi seperti yang disampaikan oleh AR Affandi berbagi pengalaman berjuang mandiri sebagai filmmaker tanpa dukungan pemerintah.
Ia menegaskan, keterbatasan finansial tidak boleh menjadi batas kreativitas.
“Saya bukan pengemis yang harus meminta perhatian. Kreativitas adalah tanggung jawab pribadi,” ujarnya.
Endang Komara menyoroti minimnya dukungan pemerintah, baik berupa dana hibah maupun infrastruktur, untuk pengembangan ekraf. Ia menegaskan perlunya sinergi lintas sektor pemerintah daerah agar ekraf menjadi prioritas.
“Ekraf menyentuh berbagai aspek, mulai dari pendidikan hingga pemberdayaan desa. Tanpa dukungan nyata, potensi besar ini sulit dikembangkan,” katanya.
Ajay Ahdyat memaparkan bahwa Indeks Kreativitas Kabupaten Kuningan tahun 2023 berada di urutan ke-25 dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa ekraf belum dianggap serius oleh pemerintah daerah.
“Tanpa rencana strategis dan regulasi yang jelas, pelaku ekraf terpaksa terus berjuang sendiri,” tegasnya.
Ageng Sutrisno menyoroti peluang Kuningan sebagai destinasi leisure, terutama dengan perkembangan kawasan Rebana. Ia menekankan pentingnya fokus pada satu subsektor ekraf sebagai identitas daerah.
Kritik terhadap Birokrasi, Ketidakhadiran pejabat Disporapar dalam acara ini menjadi sorotan. Para pelaku ekraf menganggap pemerintah daerah lebih sibuk dengan agenda administratif dan seremonial daripada memberikan dukungan konkret.
Acara ini mempererat kolaborasi antar komunitas ekraf seperti Production House Moreplay, Komunitas Crafter, Forum Film Kuningan, dan lainnya. Para peserta sepakat untuk membangun ekosistem kreatif yang inklusif dan saling mendukung.
Harapan besar muncul agar pemerintah daerah mulai mengembangkan rencana strategis (Renstra) untuk ekraf, menyediakan fasilitas produksi, dan mempercepat realisasi dana hibah.
Dukungan dari pihak swasta seperti Sangkanika Edugarden juga diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak kolaborasi untuk mendorong kemajuan ekraf di Kuningan.
Acara ini menjadi momentum penting bagi Kabupaten Kuningan untuk merumuskan langkah strategis menuju pengembangan ekonomi kreatif yang kompetitif di tingkat nasional. (OM)