Proton FA U-17 Putri: Menang Tanpa Basa-basi, Menyulam Mimpi dari Disiplin dan Sistem

KUNINGAN ONLINE — Di tengah riuh tepuk tangan dan sorak sorai dari tribun GOR Futsal ITB Jatinangor, sekelompok remaja putri berpelukan dalam lingkaran kecil. Tak ada lompatan berlebihan, tak ada selebrasi berapi-api. Hanya senyum, pelukan singkat, dan pandangan saling menguatkan.

Mereka adalah Proton FA U-17 Putri, tim futsal muda yang baru saja menaklukkan Srikandi Fantasista di partai final Elit Pratama Jawa Barat 2025 dengan skor meyakinkan 5–2. Bagi sebagian penonton, skor itu hanyalah angka. Namun bagi mereka yang mengikuti perjalanan Proton sejak babak awal, itu adalah simbol dari kerja sistematis, disiplin tanpa kompromi, dan pembinaan jangka panjang yang kini mulai menuai hasil.

Iklan

Bukan Sekadar Kemenangan

Kemenangan ini melengkapi catatan luar biasa Proton FA sepanjang turnamen — tak terkalahkan dari fase grup hingga final. Mereka memulai langkah dengan kemenangan besar 7–2 atas Srikandi FA, menundukkan lawan yang sama 4–1 di laga berikutnya, dan menutup grup dengan kemenangan 3–1 atas Arbela Futsal Lima. Di semifinal, Proton kembali tampil dominan, menang 5–2 atas Bubiz FA.

Iklan

Iklan

Di babak final, pola itu tak berubah. Struktur permainan yang rapi, intensitas tinggi, dan fokus hingga menit terakhir menjadi senjata utama. Marsya Aulia Nurhalisa, sang kapten sekaligus pemain terbaik turnamen, memimpin rekan-rekannya dengan tenang. Ia mencetak satu gol, disusul dua gol Luthfika Priatna, serta masing-masing satu gol dari Cantika Tri Singgah dan Lintang Sapitri.

Namun di balik dominasi itu, ada sesuatu yang lebih menarik daripada sekadar skor dan trofi: cara mereka menang.

Filosofi “Tugas Selesai”

Tidak seperti kebanyakan tim muda yang larut dalam euforia kemenangan, Proton FA memilih menutup final dengan perayaan sederhana. Begitu peluit panjang berbunyi, para pemain hanya saling menepuk pundak, lalu berbaris menuju ruang ganti.

“Dari awal kami ajarkan bahwa setiap pertandingan adalah pekerjaan yang harus diselesaikan, bukan momen untuk selebrasi berlebihan,” ujar pelatih kepala Yudhi Kharisma, yang dikenal dengan pendekatan taktis dan kedisiplinan tinggi.

Yudhi menyebut timnya dibangun dari sistem yang menekankan konsistensi, bukan sensasi.

“Kami tidak menyiapkan mereka hanya untuk menang satu turnamen, tapi untuk menjadi pemain yang siap naik ke level berikutnya,” katanya.

Filosofi itu juga dipegang teguh oleh manajer tim, Masuri — sosok yang akrab disapa Gonjez di kalangan futsal Jawa Barat.

“Kami tidak datang hanya untuk ikut turnamen. Dari awal kami punya peta jalan pembinaan yang jelas, mulai dari seleksi, latihan teknik, fisik, hingga penguatan karakter,” tuturnya.

“Trofi ini bukan akhir, tapi awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Mereka sudah menunjukkan arah yang benar,” tambahnya.

Buah dari Sistem dan Kesabaran

Proton FA bukan tim yang dibentuk secara instan. Di bawah arahan Presiden Klub Thony Indra Gunawan dan Direktur Teknik Rio Pangestu Marasabessy, mereka menjalankan program berjenjang dari akademi usia muda hingga tim remaja.

Setiap pemain ditempa melalui jadwal latihan ketat — dari penguasaan bola, komunikasi di lapangan, hingga sesi evaluasi mingguan. Tim pelatih yang terdiri dari Priadi Setia Pamungkas (asisten pelatih), Regy Firmansyah (pelatih kiper), Iqbal Maulana (pelatih fisik), dan Sherina Shafiratuzzahro (masseur) berperan penting dalam menjaga keseimbangan tim baik secara teknik maupun mental.

Hasilnya mulai terlihat. Marsya Aulia Nurhalisa tak hanya memimpin sebagai kapten, tapi juga menyabet dua penghargaan individu sekaligus: Best Player dan Top Scorer. Sementara Elvita Deviantri tampil gemilang di bawah mistar dan dinobatkan sebagai Best Goalkeeper.

Presiden Proton FC, Thony Indra Gunawan, memberikan komentar singkat mengenai kemenangan ini, menegaskan bahwa hasil ini adalah bagian dari rencana jangka panjang.

“Kami bekerja dengan sistem. Kemenangan ini bagian dari target pembinaan,” ujarnya.

Apresiasi dari AFP Jawa Barat

Keberhasilan Proton FA juga mendapat apresiasi langsung dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Futsal Provinsi (AFP) Jawa Barat, Kang Iwan Jati.

Ia menilai kemenangan Proton FA bukan sekadar prestasi tim, tetapi juga bukti bahwa arah pembinaan futsal putri di Jawa Barat semakin matang.

“Proton FA menunjukkan bagaimana pembinaan yang dilakukan dengan sistem bisa menghasilkan prestasi nyata. Mereka tidak hanya menang, tapi juga tampil konsisten dari awal sampai akhir,” ujar Kang Iwan.

Ia menambahkan, pola pembinaan seperti yang dilakukan Proton FA layak menjadi contoh bagi klub-klub lain di Jawa Barat.

“Jawa Barat ini punya banyak talenta muda. Yang kita butuhkan adalah manajemen pembinaan seperti Proton — rapi, berkelanjutan, dan berorientasi jangka panjang,” tegasnya.

Pihaknya berharap, AFP Jabar tentu akan terus mendukung klub-klub yang serius membangun dari bawah, karena inilah fondasi masa depan futsal Indonesia.

Membangun Fondasi Masa Depan

Dalam turnamen yang sering diwarnai euforia sesaat dan tim-tim “dadakan”, Proton FA tampil sebagai pengecualian. Mereka menjadi contoh bagaimana pembinaan yang berkelanjutan menghasilkan stabilitas dan daya saing.

“Kalau kita bicara masa depan futsal putri, ya dimulai dari sini — dari proses, dari pembinaan yang sabar,” tutur Gonjez.

“Kami tidak ingin pemain hanya hebat di usia 17, tapi berhenti di situ. Kami ingin mereka terus naik kelas,” tambahnya lagi.

Kini, dengan gelar Elit Pratama Jawa Barat 2025, Proton FA berdiri sebagai simbol generasi baru futsal putri Indonesia — generasi yang tumbuh dari disiplin, bukan dari kebetulan.

Mereka belum selesai. Tapi satu hal sudah jelas: Mereka menang tanpa basa-basi, dan mereka menang dengan cara yang benar.

Sekedar informasi, Fase Grup
1 . Proton FA 4-1 Srikandi FA (Kota bekasi), 2. Proton FA 3-1 Arbela futsal lima (Kota depok), 3. Proton FA 4-1 Srikandi fantasista (Karawang)

Semi Final
Proton FA 5-2 Bubiz (Kota Bandung)
Final, Proton FA 5-2 Srikandi fantasista (Karawang). (OM)