KUNINGAN ONLINE – Emping merupakan makanan sejenis camilan atau makanan ringan yang terbuat dari biji buah melinjo. Emping sendiri memiliki sedikit citarasa pahit khas biji melinjo. Camilan ini sering ditemukan menjadi teman makan soto, gado-gado, bahkan hanya dijadikan camilan sebagai teman minum kopi atau teh.
Pada tahun 2009, emping ditetapkan sebagai makanan khas dari daerah Pandeglang Provinsi Banten oleh Departemen Perindustrian. Hal ini dikarenakan banyaknya bahan baku pembuatan emping di daerah tersebut.
Ternyata, selain di daerah Pandeglang, emping juga menjadi salah satu produk makanan khas dari Desa Tembong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan. Di Desa Tembong sendiri potensi bahan baku pembuatan emping sangat mudah ditemukan. Bahkan, beberapa pohon melinjo dimiliki oleh warga setempat, sehingga ketersediaan bahan baku pembuatan emping di Desa Tembong melimpah.
Selain itu, sebagian besar warga Desa Tembong merupakan pengrajin emping yang kemudian akan dikumpulkan di pengepul untuk selanjutnya dijual ke pasar. Produk emping yang biasa dijual oleh masyarakat Desa Tembong adalah emping original dan dalam keadaan mentah.
Melihat hal tersebut, kelompok kuliah kerja nyata (KKN) 59 Universitas Kuningan (Uniku) melihat potensi produk emping untuk dapat di kembangkan. “Dengan begitu, kelompok KKN 59 bersepakat untuk membuat varian rasa dari produk emping tersebut,” kata Teguh Ramdani Fauzi pada KuninganOnline.Com, Minggu (23/08/2020).
Menurutnya, ada beberapa varian rasa yang berhasil dibuat oleh kelompok KKN 59 seperti varian rasa original, keju, pedas, jagung manis, dan balado yang dikemas dengan kemasan pouch seberat 50gram.
“Satu pouch seberat 50gram itu dibanderol dengan harga Rp 7.000.,-. Ada pula emping original yang dijual dalam keadaan mentah seberat 200gram dengan harga Rp 15.000.,-“ pangkasnya. (AS/red)