Sekolah Lapang Tepatik, Diskatan Dorong Petani Menuju Pertanian Modern dan Berkelanjutan

KUNINGAN ONLINE – Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) terus mendorong transformasi pertanian menuju arah yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan. Upaya ini diwujudkan melalui pelaksanaan Kursus Tani Sekolah Lapang (SL) Tematik yang digelar serentak di 16 UPTD KPP/BPP se-Kabupaten Kuningan.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., turun langsung memantau kegiatan ini dengan mengunjungi UPTD KPP/BPP Cipicung. Dalam suasana penuh semangat, Dr. Wahyu menyapa para peserta dan menyaksikan langsung proses pembelajaran lapangan bersama para petani.

Iklan

“Saat saya mulai bertugas di Diskatan, saya melihat bahwa kunci utama perubahan ada di pola pikir. Maka, Sekolah Lapang ini menjadi ruang belajar dan perubahan, dari kebiasaan lama menuju cara bertani yang baru: lebih efisien, lebih hijau, dan lebih produktif,” ujar Dr. Wahyu kepada Kuninganonline.com, Kamis (26/5/2025)

SL Tematik kali ini fokus pada penerapan metode Tanam Benih Langsung (TABELA) dan teknologi padi Salibu, yang sedang diuji coba di sejumlah demplot, seperti di Desa Kutaraja, Kecamatan Maleber. Metode ini memungkinkan petani mendapatkan hasil panen berkali-kali dari satu kali tanam.

Iklan

“Ini bukan mimpi, ini adalah bagian dari cara baru bertani yang sedang kita bangun bersama,” ucapnya optimis.

Selain itu, petani juga dikenalkan dengan penggunaan Pupuk Organik Cair (POC) sebagai alternatif pupuk ramah lingkungan yang mampu menekan penggunaan pupuk kimia secara signifikan.

“Bayangkan, dari biasanya memakai 250 kg pupuk kimia per hektar, kini kita bisa hemat hingga 125 kg hanya dengan menambahkan POC. Hemat biaya, hasil tetap maksimal, dan tanah lebih sehat,” terangnya.

Ia menegaskan bahwa penggunaan pupuk organik adalah keniscayaan dalam mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. Tanah, menurutnya, ibarat tubuh yang bisa ‘keracunan’ jika terus-menerus disuapi pupuk kimia.

Menariknya, pupuk organik cair yang digunakan ini diproduksi langsung di Kuningan, tepatnya dari pabrik pengolahan di Kecamatan Cidahu dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi dari wilayah Cidahu dan Cigugur. Sayangnya, produk lokal ini justru lebih banyak dikirim ke luar daerah melalui distribusi Pupuk Indonesia.

“Ironisnya, pupuk organik dari Kuningan justru lebih banyak dikirim ke daerah lain. Padahal, masyarakat kita sendiri belum banyak yang memanfaatkannya. Ini yang harus kita ubah!” tegas Dr. Wahyu.

Program SL Tematik ini diharapkan menjadi ruang transformasi nyata, bukan hanya transfer ilmu dan teknologi, tetapi juga pembentukan kesadaran baru di kalangan petani: bahwa bertani tidak harus mahal dan tidak harus merusak lingkungan.

Dengan pendekatan edukatif yang langsung menyentuh petani, Diskatan Kuningan terus melangkah membangun ekosistem pertanian yang mandiri, sehat, dan tangguh menghadapi tantangan zaman. (OM)