KUNINGAN ONLINE – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lapkesdam PBNU) menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Horison Tirtasanita Kuningan. Kegiatan tersebut, dilangsungkan selama dua hari Rabu – Kamis (07-08/08/2024).
Ketua Lapkesdam Kuningan Ato Sugiarto, S. Pd menjelaskan, acara itu dihadiri oleh puluhan peserta yang terdiri dari sembilan desa di Kabupaten Kuningan, diantaranya, Desa Cirukeum; Tambakjaya; Cikeusal; Kutawaringin; Bantarpanjang; Sukaraja; Cilayung; Mekarjaya; dan Desa Lebaksiuh. Hadir pula dari unsur pemerintah setempat, mulai dari DPMD Kuningan, Bappeda Kuningan, Kabag Hukum Pemda Kuningan, PCNU Kuningan, dan Balai Besar Jakarta.
“Dari sembilan tersebut, terdiri dari 4 desa lokus lama, 4 desa lokus baru dan 1 perwakilan dari desa replikasi. Terbentuknya forum Desa Inklusi di level Kabupaten akan mendorong adanya kebijakan desa inklusi di level bupati. Jika bisa melahirkan perdes di level desa, harapannya bisa mendorong kabupaten untuk meluncurkan peraturan Desa Inklusi,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh Tim Pusat Lakpesdam PBNU Anisa Rahmawati, M. Pd, FGD merupakan rangkaian program dari P3PD yang di motori oleh tim local. Ada sub pokok pembahasan terkait pendalaman program P3PD dan analisis desa. Pada hal ini, peserta diarahkan untuk diskusi dan merumuskan perdes dan perkades yang disesuaikan dengan Analisa potensi desa.
“Analisisnya baik dari aspek budaya, kelompok sosial, potensi desa, hukum adat, regulasi desa, dan program khusus pemda. Nah, kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong adanya belanja desa dan keterlibatan kelompok rentan dan perwakilan perempuan pada proses pembangunan dan musyawarah desa,” ujarnya.
Oleh karena itu, hasil dari kegiatan tersebut pihaknya membuat komitmen bersama desa. Adapun isi dari komitmen yang dibangun terdapat dua poin, yaitu mendorong terbentuknya Forum Desa Inklusi di Kabupaten Kuningan, dan mendorong terbentuknya Perdes Desa Inklusi sesuai Tematik Desa.
“Kita juga mengharapakan masukan dari pihak lainnya seperti Pak Kadis, Kabag dan sebagainya tentang seperti apasih tahapan perumusan perdes atau perkades, pasti nanti ada input baru dari beliau-beliau. Selain itu, kita menghadirkan juga balai besar dengan harapan nanti akan ada peluang kerjasama sebagai exit strategy program,” jelasnya kembali.
Disamping itu, Dr. Iim Suryahim, S.SI, ,. M.Pd yang mewakili PCNU Kabupaten Kuningan turut menegaskan, cakupan desa sangat luas, desa tematik sudah mulai muncul di Indonesia, malah sudah ada desa milyader. Menurutnya, desa tematik bersal dari desa inklusif yang dibentuk dengan melibatkan seluruh komponan masyarakat desa.
Ia bercerita, di Gresik ada Desa Sekapu, Kadesnya serem, gondrong, jangkut Panjang, banyak kades yg nyeleneh tapi out putnya bagus. Kades itu menyulap bekas tambang menjadi tempat wisata. Hal itu menjadi sumber keuangan yang berasal dari obligasi saham, masyarkat diminta ikut andil mengumpulkan saham Rp. 8 Ribu perhari. PAD mencapai angka 4 M /tahun. Masih banyak lagi yang lain, seperti Desa Pamekasan dan lainnya, mereka menggulirkan UMKM tidak bergantung pada perputaran dari luar tapi mampu memaksimalkan potensi desa.
“Para Kades di Kuningan bisa memunculkan program untuk menciptakan kemandirian desa supaya tidak bergantung pada pusat. Kuningan akan sulit kalo bergantung pada keuangan daerah, makanya harus menjadi kuningan dengan desa mandiri,” tegasnya.
Disisi lain, Kadis DPMD Kabupaten Kuningan Dr. H. Mohamad Budi Alimudin, M. Si,. M.H, menyampaikan dalam sambutannya, program tersebut bisa berjalan dengan baik untuk membangun desa yang ada di Kabupaten Kuningan. Sebab, seringkali fungsi kontroling terlalaikan. Oleh karena itu, dengan adanya kepastian hukum, dapat dilaksanakan dalam perumusan perundangan desa.
“Sebagai produk hukum tidak boleh bertentangan dengan norma masyarakat. Mohon dirangkul semua kelompok masyarakat, saya tidak ingin ada kejadian keruksakan seperti dahulu hingga ada pembakaran tempat ibadah dan lain sebagainya, dan jangan sampai permasalahan di Desa mengganggu pelayanan publik” harapnya. (Om)