Diskatan Kuningan Bantah Isu Regenerasi Petani Hanya Seremonial, Tunjukkan Data Regenerasi Petani

KUNINGAN ONLINE – Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian angkat bicara menanggapi pemberitaan media yang menyebut upaya regenerasi petani di daerah ini masih sebatas “panggung”, bukan gerakan nyata.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kuningan, Dr. Wahyu Hidayah, M.Si, menegaskan bahwa regenerasi petani muda di Kuningan bukan sekadar wacana, melainkan proses nyata yang sudah berjalan dan didukung data resmi.

Iklan

“Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 oleh BPS, tercatat ada 10.674 petani milenial atau 17,56% dari total 60.797 petani di Kuningan. Ini artinya satu dari enam petani kita adalah generasi muda,” ujar Wahyu dalam rilis tertulis, Senin (4/8/2025).

Tak hanya dari sisi usia, modernisasi pertanian pun tengah berlangsung di Kuningan. Masih mengacu pada data yang sama, sebanyak 89,55% petani atau 54.453 orang diketahui telah menggunakan teknologi dalam praktik pertaniannya, mulai dari aplikasi pertanian, alat mesin modern, hingga pemasaran digital.

Iklan

Urban Farming Tumbuh di Wilayah Perkotaan

Selain regenerasi di wilayah pedesaan, Pemkab Kuningan juga mendorong pertumbuhan urban farming sebagai jalur baru keterlibatan generasi muda dan masyarakat perkotaan dalam sektor pertanian.

Menurut ST2023, terdapat 69 rumah tangga dan 69 pelaku usaha individual di Kuningan yang aktif menjalankan urban farming. Pemerintah pun telah menyalurkan dukungan berupa pelatihan, bibit hortikultura, serta kolaborasi dengan PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT).

“Urban farming membuka ruang partisipasi baru, termasuk bagi ibu rumah tangga dan pemuda yang tinggal di kota. Ini bagian dari strategi regenerasi juga,” jelas Wahyu.

Langkah Nyata yang Sudah Dilakukan Pemkab

Pemkab Kuningan menegaskan bahwa upaya regenerasi petani telah berjalan melalui berbagai program nyata yakni Pelatihan dan Sekolah Lapang untuk petani muda. Bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), Demplot teknologi pertanian modernz Pelatihan urban farming dana Kemitraan dengan perguruan tinggi dan swasta untuk pengembangan petani milenial serta penguatan peran Bumdes dan UMKM berbasis hasil pertanian.

Wahyu menyadari bahwa tantangan regenerasi tidak kecil. Namun ia menolak anggapan bahwa program regenerasi hanya bersifat seremonial.

“Regenerasi petani adalah proses panjang, bukan slogan. Perlu waktu, dukungan semua pihak, dan narasi yang membangun semangat anak muda agar mau terjun ke sektor pertanian,” tandasnya.

Wahyu juga mengajak media, akademisi, komunitas petani, dan masyarakat sipil untuk tidak hanya mengkritisi, tetapi turut serta dalam membangun gerakan pertanian yang berkelanjutan. (OM)