KUNINGAN ONLINE – Di antara jejeran padi yang merunduk dan aroma tanah basah selepas hujan, seorang birokrat turun ke sawah. Bukan untuk seremoni. Tapi untuk mendengar. Menyerap suara-suara sunyi petani yang kian termarginalkan, sekaligus menyulam asa agar ladang-ladang tak kehilangan penerus.
Dialah Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan — sekaligus salah satu kandidat dalam ajang PNS Berprestasi Jawa Barat 2025.
Ia tak hanya datang membawa program, tapi membawa visi: regenerasi petani. Sebuah kata kunci yang kerap terlupakan dalam pusaran pembangunan. Gagasan yang ia ajukan dalam ajang ini berjudul:
“Strategi Regenerasi Petani dalam Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan di Era Modern.”
Bukan teori semata. Konsep itu tumbuh dari pengamatan dan pengalaman di lapangan. Dari pertemuannya dengan petani-petani sepuh yang bekerja tanpa bayang-bayang penerus, hingga perbincangan dengan pemuda desa yang ragu memilih pertanian sebagai jalan hidup.
“Kalau tak ada anak muda yang mau turun ke sawah, siapa yang akan menanamkan masa depan pangan bangsa?” ujarnya suatu ketika dalam diskusi dengan penyuluh desa.
Wahyu tak tinggal di balik meja kantor. Ia menciptakan ekosistem pembelajaran berbasis komunitas. Mengintegrasikan teknologi digital, membangun aplikasi pertanian, mengajak anak muda mengelola smart farm, serta menjalin kemitraan lintas sektor. Dari sini, lahirlah wajah baru pertanian di Kuningan: milenial, melek digital, dan punya daya saing.
Tak heran, ia pun menjadi satu-satunya ASN dari Kabupaten Kuningan yang pernah menjalani International Visitor Leadership Program (IVLP) di Amerika Serikat tahun 2023 — program khusus dari United States Department of State yang hanya diberikan kepada tokoh potensial di bidang kepemimpinan. Tiga minggu ia menjelajah Washington DC, North Carolina, dan Boston, mendalami praktik terbaik ekonomi digital dan tata kelola pemerintahan.
Prestasinya sebelumnya pun mengesankan. Ia dinobatkan sebagai Peserta Terbaik Digital Leadership Academy (DLA) tahun 2022, hasil kerja sama Kementerian Kominfo RI dengan Lee Kuan Yew School of Public Policy – National University of Singapore (NUS).
Namun, semua gelar dan pencapaian itu tak mengubah sikap dasarnya: membumi. Ia tetap Wahyu yang pulang dari kantor dengan sepatu penuh lumpur dan kepala penuh ide. “Saya tidak sedang membangun program, saya sedang menanam harapan,” tuturnya suatu kali.
Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menyebutnya sebagai wajah baru birokrasi Kuningan. “ASN seperti Pak Wahyu adalah sosok profesional, inovatif, dan tetap membela kepentingan rakyat. Ia bukan hanya berpikir global, tapi juga tetap berpijak pada tanah yang ia layani,” ujarnya.
Kini, langkah Wahyu berlanjut. Ia tidak sekadar mengikuti seleksi. Ia membawa suara petani, semangat anak muda, dan cita-cita kedaulatan pangan dalam satu napas panjang perjuangan. Jawa Barat menantikan. Indonesia membutuhkan. Dan Kuningan berdiri bersamanya. (OM)