Mutiara Isra Mi’raj, Masjid dan Shalat Modal Sukses Hidup

Informasi, Sosial515 views

A. Iftitah

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. Al Baqarah 197)

Iklan

Sukses menurut Islam, adalah keberhasilan dalam mencapai ridha Allah SWT dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kesuksesan tidak hanya diukur dari pencapaian materi seperti kekayaan, jabatan, atau popularitas. Kesuksesan duniawi tidak boleh diutamakan, tetapi juga harus mempersiapkan akhirat. 

Kesuksesan menurut Aa Gym adalah keberhasilan tercapainya sesuatu yang ditargetkan, memiliki kemanfaatan dan kemaslahatan dunia akhirat. Disebut sukses, bila kegiatan yang dilakukan menjadi amal shaleh, nama kita semakin baik, ilmunya bertambah, rajin bersilaturahim, serta bermanfaat bagi orang lain (Khoirunnas anfauhum linnas).

Iklan

Beberapa-ciri orang yang sukses adalah: 1.Khusyuk dalam shalat, 2. Menjauhkan kemubadziran, 3. Menunaikan zakat, 4. Menjaga kemaluan, 5. Menunaikan amanah, 6. Menyeru Kebajikan, 7. Menyembah Allah dan mengikuti Rasulullah, 8. Peduli terhadap sesama.

Kunci menjadi orang sukses adalah dapat dipercaya, memiliki sikap jujur, mudah berbuat baik dan bertanggung jawab. Inilah pribadi yang berkualitas kredibel. Kredibilitas adalah kualitas dalam menciptakan keterpercayaan. Setiap muslim wajib memiliki sikap kredibel, sebagaimana Rasulullaah  memiliki julukan Al-Amin yang artinya terpercaya.

Hal-hal yang dapat merusak kredibilitas seseorang menurut Aa Gym, di antaranya; 1.Berbohong, tidak konsisten, 2. Tidak professional, 3. Amarah menuai konflik, 4. Mengingkari janji, 5. Kurang transparansi (kurang terbuka).

B. Isra’ Mi’raj’

Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha. Miraj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW ke alam yang paling tinggi ( Sidratul Muntaha) dan di sanalah sholat lima waktu diwajibkan.

Soal Isra Mi’raj, jangan bertanya: BAGAIMANA Isra’ Mi’raj ? Tapi bertanyalah: MENGAPA Isra’ Mi’raj ?

Jangan bertanya BAGAIMANA ? Karena Isra Miraj merupakan peristiwa ghaib tidak bisa dijangkau akal dan harus diyakini sebagai wilayah keimanan. Sebagaimana dalam QS. Al Isra ayat 1 tentang kebenaran Isra’ Mi’raj, QS. An Najm:14-16 (Rasulullah menembus langit ke 7). QS. Al Mulk: 3 (langit itu terdiri atas 7 lapis).

Tentang Isra’ Mi’raj, tepatnya bertanya: MENGAPA Isra’ Mi’raj ? Hal ini akan bertemu dengan hikmah-hikmah ilmu pengetahuan untuk sukses hidup, seperti tentang sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah; soal energi masjid yang menjadi lintas perjalanan, soal alam semesta, soal langit, soal perintah Shalat 5 waktu dan hikmah lainnya.

  1. Isra’ Mi’raj Isra dalam Siloka / Filosofi angka 7

Tujuan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. adalah menghadap Allah di dekat Pohon “ Sidrat al Muntaha” di atas langit ketujuh, berdekatan dengan Syurga di bawah arasy Allah. (Prof. Dr. H. Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, hal. 110). Menurut Muh. Asad, penterjemah dan penafsir Al Qur’an “ Sidrat al Muntaha” itu pohon Lotus pada batas yang terjauh), dalam Bhs. Indonesia Pohon Lotus= Teratai, Seroja. Makna simboliknya (Sunda=siloka), pohon Lotus itu lambang “kebijakan / wisdom” (lambang kebijakan tertinggi dan terakhir yang tidak teratasi lagi kebijakan tertinggi lainnya), hanya dapat dicapai oleh seorang manusia pilihan Nabi Muhammad SAW. yang sekaligus mencapai kebijakan tertinggi atas karunia Allah SWT. Nabi pun menerangkan bahwa dibalik pohon Sidrah itu adalah misteri yang hanya Allah yang tahu.

Makna simbolik lain dari Sidrah adalah kerindangan dan keteduhan, sehingga melambangkan ketenangan dan kedamaian. Jadi keberangkatan nabi Muhammad SAW. berarti telah mencapai tingkat ketenangan, kedamaian dan kemantapan batin yang tertinggi.

Kalangan astronomi modern, salah satu teori (dan spekulasi) ilmiah menyatakan bahwa batas paling luar alam raya adalah lekukan langit (curvature) yang radiusnya dari permukaan bumi, sepanjang garis perjalanan cahaya selama 11 Milyar tahun, yaitu dengan memperhitungkan jarak bintang paling jauh, yang kini “kebetulan” sudah diketahui. Karena kemungkinan yang belum diketahui masih banyak. (QS. Al-Shaffat:6 “ Allah menghiasi langit dunia atau langit pertama ini dengan bintang-bintang”).

Jadi bisa dibayangkan, betapa jauhnya “batas luar” alam raya ini. Dan filosofi Bangsa Arab maupun masyarakat sunda (siloka urang Sunda) cukup kental menyebut angka tujuh sebagai perumpamaan begitu lamanya atau begitu jauhnya juga begitu banyaknya, seperti: “ Aki-Aki Tujuh Mulud…, Datang ka tujuh turunan…, Geura mandi di tujuh sumur… ”

Jadi, posisi langit lapis ketujuh pun sekaligus bermakna betapa ketinggian Allah SWT. yang sangat amat luar biasa. Dalam Al Qur’an angkat 7 Allah sebut dalam Q.S. Al-Baqarah:261 dan Q.S. Luqman:27.

2. Tindak Lanjut Hikmah

Melalui QS. Ar Rahman: 33 Allah memerintahkan kita untuk melintasi penjuru langit dan bumi, bila mampu. Allah menyatakan kita tidak akan mampu melintasinya, kecuali dengan ”kekuatan”. Tentang ”kekuatan”. dalam sudut pandang penulis terdapat dua kekuatan untuk menaklukan/mengelola jagat raya bahkan hingga menembus langit, yakni kekuatan lahir yang dikukung IPTEK serta kekuatan bathin dengan modal iman di hati.

Bila memadukan telaah ilmiah dalam mengembangkan hikmah atas peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi menembus langit ketujuh, kita bisa berkhayal bila memiliki kendaraan secepat larinya cahaya satu detik kecepatan cahaya sama dengan sejauh tujuh keliling garis khatulistiwa lingkaran bumi (teori Einstein).

Pantas bila kendaraan nabi bernama “Buraq” artinya “kilat”, yang kecepatan perjalanannya 1 detik = 7 keliling garis khatulistiwa bumi. Wujud Buraq itu pun sulit dibayangkan, termasuk sikap keliru bahkan dan pelecehan kaum orientalis yang menyamakan bentuk buraq dengan binatang berkepala wanita cantik.

Penuturan tentang Mi’raj digambarkan bahwa nabi naik ke langit dengan kendaraan seperti tangga yang naik secepat cahaya. Di sinilah misterius kebesaran Allah yang hanya tepat disikapi dengan iman, seperti sikap keimanan Abu Bakar Shidiq sahabat setia nabi. Sebab bila sebatas telaah ilmiah, Isra Mi’raj dalam perhitungan manusia merupakan peristiwa mustahil/tidak mungkin terjadi. Pertama, menurut Einstein bahwa benda termasuk jasad manusia, bila berjalan secepat cahaya (kecepatan mutlak) maka benda itu akan “terurai/hancur”.

Kedua, seandainya nabi dalam Mi’raj itu berjalan secepat cahaya atau kilat yang kecepatannya 1 detik = 7 keliling garis khatulistiwa bumi, maka dalam perhitungan ilmiah, beliau baru tembus ke langit ke batas akhir langit akan menyita waktu selama 11 Milyar tahun. Akan tetapi saat Allah menghendaki “Kun fayakun” sekali jadi maka jadilah, Nabi tiba di langit ke-7 dalam waktu sepertiga malam.

Hemat penulis tindak lanjut manusia dalam amanah mengelola alam semesta hingga melangitnya (berprestasinya) seseorang membutuhkan perangkat yang harus menyertainya yakni penajaman fitrah/kesucian hati dan kecerdasan pikiran serta perilaku mulia sehari hari.

3. Berlanjut Memakmurkan Masjid

Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha menjadi simbol tentang pentinganya tempat yang menjadi lintas perjalanan Isra’ Mi’raj. Masjid adalah rumah Allah yang menjadi tempat membangun sukses hidup manusia. Orang yang membangunnya (termasuk memakmurkannya) Allah nyatakan sebagai orang orang mendapat pentujuk (QS. At Taubah ayat 18) dan sabda nabi dalam HR. Bukhari-Muslim, orang yang “membangun” masjid akan disiapkan rumah di Syurga. Istimewanya para “pembersih” masjid akan berjumpa dengan cahaya terang di dalam kubur yang kondisinya gelap gulita (HR. Bukhari-Muslim). Nabi pun memberi tahu, para pemakmur masjid akan mendapat naungan Allah di Hari Kiamat (HR. Bukhari-Muslim).

Maka perjuangan kita dari hikmah Isra’ Mi’raj adalah memakmurkan masjid, sebagaimasa Rasulullah memakmurkan masjid itu tidak sebatas ibadah hablum minallah, melainkan juga hablum minanas, seperti; masjid sebagai tempat ibadah dan menuntut Ilmu, pusat dakwah membina jamaah, sarana perdamaian dan musyawarah, pusat kaderisasi umat, wadah aktifitas sosial, pusat peradaban dan kebudayaan Islam, tempat pengobatan, basis kebangkitan Islam dan aneka fungsi lainnya.

4. Menunaikan Shalat Khusyu dan Berkualitas

Yang sangat besar dari Isra Mi’raj, yakni diperolehnya perintah ” Shalat Lima Waktu sebagai modal sukses hidup. Yakinkan, melalui mendirikan dan menegakkan shalat secara khusyu, diawali thaharah untuk membersihkan diri menuju bersih/suci dalam prilaku keseharian, kemudian shalat dengan penuh khusyu hingga merasa berjumpa dengan Allah sebagai zat yang Maha Tinggi tanpa terhalang ruang, dinding, dan waktu.

Perjuangan menindaklanjuti shalat dengan menjaga perbuatan keji dan munkar serta membangun keluhuran moral/martabat dalam masyarakat, di samping mengembangkan kecerdasan hingga menggapai ketinggian ilmu pengetahuan, serta membangun keshalehan sosial dengan sikap sadar di manapun berada selalu merasa dekat dengan Allah ‘Yang Maha Tinggi’, maka posisi orang semacam itu bukan tidak mungkin memiliki kesamaan bahwa ia telah mampu menembus langit ketujuh.

Hal ini berkenaan dengan kesucian/kekuatan hati yang dimiliki Nabi maupun umatnya, maka sebuah alternatif kebenaran bila sebagian analisis menyatakan bahwa perjalanan Rasulullah SAW. menembus langit ketujuh adalah “perjalanan rohani” yang mampu menerobos ruang, dinding, dan waktu.

Lebih hebat lagi dalam kesehariaan, bila orang atau sekelompok orang dengan kesucian hatinya mengembangkan gagasan, prestasi maupun karyanya melangit / mencuat di permukaan dan bermanfaat bagi khalayak orang banyak, menjadi pengambil solusi dalam permasalahan masyarakat, maka prestasi semacam itu bukan tidak mungkin nilainya sama dengan berkemampuan menembus langit ketujuh. Mari kita menembus langit ketujuh, dengan semangat fastabiqul khaerat dan amar ma’ruf nahyi munkar teriring ilmu pengetahuan dan akhlaq mulia untuk menggapai derajat yang tinggi dalam ridla Allah SWT.

C. Tantangan & Solusi

Betapa hebatnya tanda tanda kebesaran Allah, seperti perintiwa Isra’ Mi’raj sangat luar biasa hikmahnya untuk dipraktekan dalam hidup sehari-hari. Sejalan dengan pengamalan hikmah Isra’ Mi’raj, persoalan penting kita adalah mencari Solusi atas permasalahan-permasalahan seperti berikut ini: a. Kebanyakan ibadah dilaksanakan hanya sisa waktu, b. Malas ke masjid, c. Malas berjamaah, d. Shalat hanya memenuhi kewajiban, e. Baca Al Qu’ran tidak menyeluruh dan tidak rutin, f. Shadaqah sangat terbatas dan merasa rugi, g. Hidup tidak harmonis, bersaing tidak sehatm bertujuan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Mari kita temukan berbagai jalan ke luar (solusi) atas berbagai permasalahan kita, melalui pemahaman hakikat hidup itu apa? Usia kita yang tidak lama, keiklasan dalam amal perbuatan dan tujuan hidup untuk Ridha Allah pasti menjadi keringanan hidup kita, serta sikap semangat dalam syukur dan sabar, sebagai prestasi kita untuk menjadi ahli ibadah dan ahli manfaat, Itulah…..sebenarnya kesuksesan…. Semoga….!!!

Oleh: Dr. Ugin Lugina, M.Pd.

(Ketua DMI Kab. Kuningan)