KUNINGAN ONLINE – Upaya pengendalian dan meminalisir terhadap pengurai sampah di Kuningan, terus dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Hal itu menyusul dengan praktek budidaya maggot yang terletak di lingkungan eks Kantor Dinas Lingkungan Hidup, Kamis (10/09/2020).

Dalam kesempatannya, Kasi Pelaksana Pengolahan Sampah di Dinas LH, yakni Rukman Johara saat ditemui mengatakan, kegiatan budidaya maggot ini sebagai bentuk penekanan terhadap sampah organik yang banyak ditemukan.
“Mengawal praktek pengembangan budidaya maggot, terdiri dari sejumlah bahan baku sebagai media pemancing untuk lalat KSV,” kata Rukman.
Syarat yang harus diperhatikan dalam budidaya maggot, kata Rukman, harus menyiapkan sejumlah bahan baku yang telah di aduk dan dipermentasikan terlebih dahulu.
“Bahan bakunya, yaitu, minuman yakult satu botol, gula pasir lima sedok, dedak secukupnya, bumbu royco dan dituangkan air sebanyak 1 liter serta daun pisang untuk kemudian di adukan hingga merata,” katanya.
Usai dilakukan pengadukan, Rukman menerangkan, cairan itu bisa di simpen di tempat yang suhunya cukup lembab.
“Sehingga dapat memancing atau mendatangkan lalat BSV untuk hinggap dan menetaskan telur di cairan tersebut,” terangnya.
Permentasi cairan selama tiga hari, Dia menyampaikan, kontan akan menimbulkan jentik atau baal telur maggot itu sendiri.
“Muncul dari situ, kita lakukan perawatan.seperti pemberian pakan, diantaranya rompes, pisang dan jenis sampah organik lainnya,” katanya.
Usaha ini, kata Dia, akan dikembangkan di setiap desa. Karena melihat dari pada kegiatan ini, memiliki nilai ekonomis. Selain itu, maggot juga bisa dijadikan pakan untuk ikan, ayam dan sejumlah ternak jenis unggas lainnya.
“Ya kalau harga itu kisaran Rp 7-10 ribu perilogramnya,” katanya. (OM)