KUNINGAN ONLINE – Silat Cimande adalah salah satu aliran silat tertua yang ada di Indonesia. Karena zaman semakin maju, Silat Cimande konsisten untuk mengubah tradisi menjadi prestasi. Namun, bukan berarti tradisinya ditinggal melainkan disesuaikan dengan perkembangan zaman.
“Dulu belajar silat dengan isinya, sekarang hanya gerakannya saja supaya tidak disalahgunakan. Dialihkan untuk olahraga, karena zaman sekarang orang lebih suka berolahraga. Tapi sekarang juga kita tidak meninggalkan tradisinya, cuma sebuah perguruan dilihat maju tidaknya dari prestasi. Nak kita kolaborasikan tradisi menjadi prestasi,” kata Ketua Formatur Padjadjaran Cimande Kuningan, Deni Solehudin ditempat Gedung Padjadjaran Cimande Kelurahan Awirarangan, Kamis (14/1/2021)
Tradisi Silat Cimande terdahulu, Deni menerangkan, dikhususkan bagi laki-laki berumur 17 tahun yang sudah baligh. Namun, di tahun 2000 zaman mulai berkembang Silat Cimande mulai menerima peserta perempuan dan anak-anak dibawah umur dengan tujuan untuk melestarikan Silat Cimande.
Lebih jauh, Deni menuturkan, Silat Cimande sendiri terkenal dengan keunikannya karena menamai jurus-jurusnya dengan huruf hijaiyah dari ‘Alif’ sampai ‘Ya’. Selain itu tradisi yang harus dilewati calon pesertanya, yaitu ‘Nyegah” yang berarti mencegah.
“Tradisi Cimande itu, selama 40 hari itu tidak makan nasi disebutnya nyegah, mencegah dari berbagai macam penyakit. Setelah 40 hari terus pada hari H nya itu muludan (Acara Maulid Nabi,red). Kita mandi dan memang ada bacaan khususnya namanya ngabungbang yakni mencegah dari hal- hal yang negatif,” tuturnya.
Selain itu, Silat Cimande yang disebarkan oleh Mbah Kahir ini mempunyai syarat khusus untuk calon pesertanya. Deni mengatakan, ketika mau masuk ke Paguron Cimande yaitu harus membaca dua kalimat syahadat karena diawal berdirinya Silat Cimande digunakan untuk syi’ar agama Islam.
“Dulu Para Wali itu keindahan silat dipertontonkan jadi banyak yang mau memasuki, syaratnya harus membaca sigutalek atau dua kalimat syahadat. Makanya ada kecar (mata kanan, kiri, mulu, dsb) supaya penglihatan kita melihat hal yang bagus- bagus tidak salah melihat. Mulut juga sama, tidak mengucapkan hal-hal yang kurang baik. Kedua mata, mulut dan muka supaya minimal matanya awas aja makanya di lakukan Kecer Cimande,” pungkasnya. (OM/Ida)