KUNINGAN ONLINE – Universitas Kuningan (Uniku) yang baru saja menyelesaikan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) pada tanggal 23 Agustus 2020 kemarin itu, pelaksanaannya yang dilakukan secara daring tersebut, dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok, seperti kelompok 36 yang ditempatkan di Desa Sampora Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.
“Pelaksanaan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Uniku dilaksanakan pada tanggal 10 – 23 Agustus 2020. Adanya pandemik Covid-19 di tahun ini maka Uniku mengadakan KKN secara Online yang tidak menutup kemungkinan waktu pelaksanaan KKN sangat singkat,” kata Deni Hariz Rahmatullah selaku Ketua Kelompok 36 KKN Uniku pada KuninganOnline.Com, Sabtu (29/08/2020).
Menurutnya, Desa Sampora merupakan salah satu dari 13 Desa di wilayah Kecamatan Cilimus, yang terletak 3 km ke arah Utara dari kota Kecamatan. Potensi yang ada pada Desa Sampora tersebut seperti adanya Ubi jalar, Padi, Dolticau, Kripik pisang dan lainnya.
“Kelompok 36 mengangkat salah satu potensi yang ada di Desa Sampora yaitu adanya Ubi jalar yang sangat melimpah ruah yang bisa dijadikan berbagai macam olahan yang terbuat dari Ubi jalar,” ujarnya.
Lebih jauh, sambung mahasiswa dari program studi (Prodi) Teknik Informatika (TI) Fakultas Ilmu Komputer (FKOM), menjelaskan, ubi jalar adalah salah satu potensi kekayaan alam Desa Sampora yang melimpah.
“Apabila diolah dengan semaksimal mungkin, maka potensi kekayaan alami ini akan menjadi suatu inovasi dalam memberdayakan masyarakat DesaSampora,” jelasnya.
KKN kelompok 36 dibantu oleh beberapa pihak untuk dapat mengembangkan salah satu potensi yang ada di Desa Sampora tersebut, diantaranya dibantu oleh pihak Desa Sampora, masyarakat Desa Sampora dan Ibu-Ibu PKK yang ada di Desa Sampora.
“Adanya kelompok KKN Uniku kelompok 36 Desa Sampora memberikan antusias kepada seluruh elemen yang ada di Desa tersebut dan turut andil dalam mengembangkan potensi Desa Sampora,” ujarnya.
Masih menurutnya, potensi Desa Sampora yang dikembangkan oleh KKN Kelompok 36 yaitu Ubi jalar yang diinovasikan menjadi stik ubi dengan berbagai varian rasa seperti jagung manis, balado, coklat serta produk originalnya.
“Ubi jalar sendiri sangat melimpah ruah di Desa Sampora dan bisa diolah menjadi berbagai macam makanan yang sering kita jumpai akan tetapi bahan utama yang akan digunakan yaitu Ubi jalar,” imbuhnya.
Diakhir keterangannya, dirinya memaparkan, ubi jalar yang dikembangkan menjadi stik ubi sudah ada pada tahun 2019 yang telah dikembangkan pula oleh KKN tahun 2019, maka pada KKN tahun 2020 oleh kelompok 36 diberikan inovasi yang baru dengan adanya varian rasa. “Cemilan stik ubi yang diberi nama “Samporasun” ini dihargai 7ribu perbungkus dan bisa dinikmati kapan saja, tentunya dengan kandungan nutrisinya yang banyak,” pangkasnya. (AS)