KUNINGAN ONLINE – Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menghimbau petani untuk beralih dari pupuk subsidi ke non subsidi.
Hal itu berdasarkan kelangkaan pupuk subsidi yang terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ini disebabkan adanya pengurangan jumlah alokasi pupuk subsidi tahun 2020.
Kepala Diskatan Kuningan, Ukas Suharfaputra mengatakan, tahun 2020 ada pengurangan alokasi pupuk subsidi sebesar 900 ribu ton.
“Adanya pemotongan alokasi pupuk subsidi secara nasional dari 8,8 juta ton tahun 2019 jadi 7,9 juta ton tahun ini. Otomatis ini menimbulkan kekurangan yang masif tidak hanya di Kuningan tapi juga diberbagai daerah,” kata Ukas saat ditemui dikantornya, Kamis (12/11/2020)
Ia menerangkan, akibatnya kebutuhan pupuk subsidi Kabupaten Kuningan yang pertahun mencapai 80 ribu ton mengalami kekurangan hingga 8 ribu ton.
Meski begitu Diskatan Kabupaten Kuningan telah berupaya meminta penambahan alokasi pupuk subsidi. Namun dari 8 ribu ton yang diminta, hanya 5 ribu ton saja yang diberikan oleh Kementerian Pertanian.
“Kita (Diskatan) berusaha kirim surat permohonan alokasi tambahan 8 ribu ton lebih. Kemudian turun persetujuan hanya 5 ribu ton saja. Itu tidak mengcover kebutuhan semua kecamatan, hanya 8 kecamatan yang jadi sentra padi di Kuningan saja,” terang Ukas yang juga menjabat Ketua IPSI Kuningan.
Pihaknya sempat meminta alokasi tambahan lagi kepada Kementerian Pertanian. Namun permintaan tersebut ditolak. Untuk itu saat ini Diskatan Kabupaten Kuningan hanya memiliki satu cara dalam mengatasi kelangkaan pupuk.
“Yang bisa kita lakukan adalah membimbing petani untuk bisa menghadapi situasi ini dengan kesempatan yang ada yakni dengan beralih ke pupuk nonsubsidi,” ujarnya
Menurutnya pupuk nonsubsidi yang ada di pasaran saat ini meski harganya lebih mahal dibandingkan pupuk subsidi, namun memiliki keunggulan lebih.
Di lapangan, kata Ukas, ada pengganti pupuk subsidi yaitu pupuk nonsubsidi nitrea. Nitrea ini dosisnya dibawah urea. Jadi kalau urea itu 100 kg, nitrea ini cukup 30 kg. Walaupun harganya mahal tapi kan volumenya lebih kecil, jadi jatuhnya tidak jauh berbeda.
“Jadi kita coba sosialisasi ke petani karena satu-satunya yang bisa dilakukan setelah usaha utama yaitu meminta alokasi tambahan gagal, maka kita membimbing petani beralih ke nonsubsidi tapi yang secara total biayanya tidak jauh beda dengan yang subsidi,” pungkasnya. (OM)