KUNINGAN ONLINE – Sabtu (22/08/2020), Pengurus Besar Paguyuban Pasundan menggelar Sawala Budaya (Kongres) ke-43 secara virtual. 1306 peserta yang merupakan Pamilon (utusan) Cabang, Komda, dan wilayah Paguyuban Pasundan hadir dalam acara tersebut. Acara tersebut dipusatkan di Aula Mandalasaba di Gedung Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatra No. 41, Kota Bandung. Pengurus Cabang Paguyuban Pasundan Kabupaten Kuningan sendiri ikut serta dalam acara tersebut dengan berkumpul di Sekretariat Cabang Paguyuban Pasundan di Desa Bayuning.
Acara yang digelar dengan tema ”Nyawang Ka Tukang, Nyoreang Mangsa Anu Bakal Datang Dina Adeg Adeg Paguyuban Pasundan”, mengukuhkan kembali Prof. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., sebagai Ketua Umum Paguyuban Pasundan untuk periode 2020 – 2025 melalui proses aklamasi. Acara dibuka oleh Gubernur Jawa Barat Dr (Hc). Ridwan Kamil, ST., M.Ud yang hadir secara daring tersebut berjalan dengan lancar.
Dalam sambutanya, Emil menyampaikan turut bergembira dengan Sawala Budaya ke-43 Paguyuban Pasundan, kami menyadari bahwa Paguyuban Pasundan telah menjadi mitra utama pembangunan Jawa Barat dalam budaya dan pendidikan, Paguyuban Pasundan memiliki peran dalam hal ini juga menyertai mimpi besar Indonesia untuk bisa mendukung generasi emas, Paguyuban Pasundan bisa berinovasi dalam budaya, bukan hanya politik nasional, tapi kuat dalam inovasi pendidikan sehingga melahirkan kualita sanak Jawa Barat yang nyunda, nyantri dan nyakola.
Sementara itu dalam sambutannya, Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi M.Si. menekankan tentang visi Paguyuban Pasundan kedepan yang akan terus berupaya untuk mengangkat harkat dan martabat, memerangi kebodohan, dan kemiskinan serta menyebarkan syiar Islam. Sebagai organisasi tertua di Jawa Barat (berdiri sejak 20 Juli 1913), Paguyuban Pasundan selalu akan hadir ditengah-tengah masyarakat sebagai wujud “katara ayana karasa manfaatnya”.
Oleh karenanya, Prof Didi pun akan terus fokus pada bidang Pendidikan, Budaya, Kesehatan, dan Ekonomi. Hal ini karena hal tersebut merupakan sesuatu yang paling mendasar dan penting bagi kelangsungan hidup bangsa terutama ditengah masa pandemi Covid-19 ini, dimana hampir seluruh Bangsa di dunia akan mengalami resesi ekonomi global. Paguyuban Pasundan akan terus berupaya dan mendorong terlaksananya pembangunan berbasis ekonomi kerakyatan sebagai suatu cara untuk melepaskan diri dari jerat resesi ekonomi global.
Di tempat terpisah, Rana Suparman, S.Sos sebagai Ketua Paguyuban Pasundan Cabang Kuningan, menyatakan, dukungan penuh terhadap visi dan cita-cita Paguyuban Pasundan tersebut. Rana memandang bahwa tantangan kedepan harus dihadapi melalui penguatan di bidang Pendidikan berbasis karakter budaya dan ekonomi kerakyatan. Pendidikan berbasis karakter budaya dapat dipadukan dengan penguatan IQ, SQ dan EQ, ahlak, moral dan budaya sekaligus.
Sementara, ekonomi kerakyatan harus dibangun melalui peran serta masyarakat yang didukung oleh kebijakan Pemerintah dengan basis data yang jelas sehingga capaiannya pun terukur. “Kita membutuhkan pemimpin yang dapat membuat kebijakan dengan basis data yang jelas agar kebijakan tersebut tepat sasaran. Untuk itu kita pengurus Paguyuban Pasundan Cabang Kuningan, siap berkolaborasi dengan Pemda,” terangnya.
Acara yang dipusatkan di Sekretariat Paguyuban Pasundan Cabang Kuningan ini sendiri di ikuti oleh 30 orang, yang terdiri dari Pengurus Cabang dan Anak Cabang Paguyuban Pasundan Kabupaten Kuningan, beberapa pengurus Cabang GMNI, Presma STIKKU (Yusuf) dan Presma Unisa (Arief) yang didampingi beberapa kabinetnya. Bahkan, Bupati Acep Purnama, SH. MH yang didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Dr. Dian RahmatYanuar, M.Si. dan Sekretaris Dewan (Sekwan) H. Ade Nurdianto. M.Si pun terlihat ikut menghadiri acara yang digelar dengan menerapkan protocol kesehatan Covid-19.
Acep, mengucapkan, selamat kepada Ketua Umum Paguyuban Pasundan terpilih Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si. dan siap berkolaborasi untuk sama-sama memajukan Kabupaten Kuningan. “Saya tau, Paguyuban Pasundan konsen terhadap bidang Pendidikan, Ekonomi, Budaya, dan Kesehatan. Untuk itu, Saya Reues kalau Paguyuban Pasundan bisa memberikan pandangan-pandangan kritisnya terhadap kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di Kabupaten Kuningan,” ujarnya.
Kehadiran Bupati, Sekda dan Sekwan rupanya dijadikan pula sebagai ruang diskusi dan audiensi mengenai kebijakan eksploitasi alam, pengelolaan lingkungan hidup, dan new normal. Kehangatan dalam diskusi tersebut sangat terasa setelah Presma STIKKU dan Unisa memberikan point-point pertanyaan menyangkut kebijakan.
Dalam diskusi tersebut, Rana yang didampingi oleh Sekretaris Engkos Kosim Abdullah, M.Pd. dan Bendahara Uba Umbara, M.Pd., MM. meyampaikan, beberapa pandangan terkait tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia, termasuk Kuningan dalam skala mikro.
Seperti kita tau, dunia akan menghadapi resesi ekonomi global dan Indonesia sebagai Green Country akan dipandang sebagai perempuan cantik yang akan di eksploitasi oleh Bangsa-Bangsa Adi Kuasa. Ini tantangan yang harus dihadapi, untuk itu pembangunan bidang pertanian, penataan lingkungan, pertahanan wilayah, dan swasembada pangan harus menjadi perhatian serius bagi Pemda.
“Ini point-point yang menjadi rekomendasi dari Paguyuban Pasundan Cabang Kuningan. Kita tidak ingin terjadi “Mandalayuda” (penjajahan negara adikuasa) kepada kita. Swasembada pangan yang merupakan alutsista bagi kita harus menjadi focus Pemerintah Daerah. Akan tetapi, perlu diingat bahwa cita-cita swasembada pangan harus didukung dengan memberikan perhatian kepada konsep tata ruang wilayah dan tata kelola air,” ucapnya.
Atas dasar hal tersebut, Acep pun merespon bahwa ini sedang kita lakukan, kita masih tetap akan melanjutkan program Kuningan sebagai Kabupaten konservasi. Terkait dengan swasembada, Acep juga mempersilahkan masyarakat baik pengurus Paguyuban Pasundan Cabang Kuningan atau masyrakat lain jika ingin berkolaborasi dengan Pemda untuk menggarap tanah miliki Pemda. “Tanah Pemda bisa dikelola oleh masyarakat,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu pula, Acep mengajak mahasiswa untuk turut kritis dan objektif dalam memandang kebijakan-kebijakan Pemda. “Saya itu tidak alergi terhadap kritik, asalkan kritik itu disampaikan dalam komunikasi yang elegan, saya menghargai pandangan-pandangan dari teman-teman mahasiswa dan saya selalu membuka ruang-ruang komunikasi dengan siapa pun untuk kemajuan Kuningan, termasuk diskusi yang kita lakukan saat ini,” tambahnya. (red)